Waktu


Ini kisah tentang seorang pria yang baru saja memperoleh sebuah pelajaran berharga dari tetangganya, tentang hal yang terpenting dalam hidup.

Sudah sejak beberapa waktu lamanya Jimmy tak pernah berjumpa dengan pria tua tetangganya yang tinggal di rumah sebelah. Kuliah, pacaran, meniti karir dan merajut hidup...semuanya telah menyita banyak waktu Jimmy. Dan akhirnya Jimmy pindah ke kota besar untuk mengejar impiannya. Di kota, ia pun langsung masuk ke dalam pusaran gaya hidup yang keras dan penuh hiruk pikuk, yang menyebabkan ia tak punya waktu lebih untuk memikirkan masa lalunya, bahkan tidak untuk istri dan anaknya sendiri. Ia hanya bekerja untuk masa depannya, dan tak ada yang dapat menghentikannya!

Suatu hari ibunya menelpon, "Pak Benny, tetangga sebelah rumah kita meninggal dunia tadi malam. Pemakamannya hari Rabu yang akan datang." Kenangan akan masa kecilnya seketika muncul di pikirannya bagaikan sebuah film yang sedang diputar, ketika ia mulai merasa kesedihan menghampirinya.

"Jim...kau dengar apa yang Ibu katakan?"

"Oh..sorry, Ma. Aku mendengarkan kok. Sudah lama sekali sejak terakhir kalinya aku memikirkan tentang Pak Benny. Aku pikir malah ia sudah meninggal beberapa tahun lalu!”

“Beliau tak pernah melupakanmu. Setiap kali aku ketemu dengannya, ia selalu menanyakan kabarmu. Katanya dia selalu teringat akan hari-hari kau sering menghabiskan waktu bersamanya dulu.”

“Aku suka sekali pada rumah tua yang ia tinggali dulu”, sahut Jimmy.

“Apakah kau ingat, Jim, setelah ayahmu meninggal, Pak Benny berbaik hati memastikan bahwa ada sosok lelaki yang membawa pengaruh dalam hidupmu”, kata ibunya.

“Pasti aku ingat. Dialah yang mengajariku menjadi tukang kayu yang baik. Tanpanya, aku takkan bisa berada di bisnis ini. Dia menghabiskan waktu berjam-jam mengajariku hal-hal yang ia anggap penting bagiku.... Ma, kalau begitu aku akan datang di pemakamannya deh..”, kata Jimmy akhirnya.

Jimmy pun mengunjungi lagi kampung halamannya, menghadiri pemakaman pak Benny, yang tak mempunyai anak, dan semua sanak saudaranya sudah meninggal. Lalu malam sebelum ia kembali ke kota, ia dan ibunya menyempatkan diri mampir ke rumah kosong itu. Rasanya seperti melintasi ruang dan waktu, kembali ke masa lalu. Semua detail rumah itu tak berubah sama sekali! Lukisannya, perabotnya,....mendadak Jimmy berhenti.

“Ada apa, Jim?” tanya sang ibu.

“Kotaknya hilang...”

“Kotak apa?

“Biasanya ada sebuah kotak kecil bersepuh emas yang selalu ia kunci terletak di atas meja tulisnya. Aku pasti sudah bertanya ribuan kali kepadanya, apa isi kotak itu. Dan dia selalu menjawab ‘sesuatu yang paling berharga bagiku.”

Sekarang benda itu telah hilang. Ah..mungkin diambil salah satu keluarga jauh Pak Benny. Begitu pikir Jimmy.

“Sekarang aku takkan pernah tahu apa isi kotak itu yang sangat berharga baginya”, sesal Jimmy.

Dua minggu kemudian di kota, ketika kembali ke rumah sepulang kerja, Jimmy menemukan sebuah catatan di kotak posnya. Catatan itu dari kantor pos besar, yang menyatakan bahwa ada sebuah kiriman untuk Jimmy, dan ia diharapkan datang untuk mengambilnya.

Ternyata paket itu sebuah kotak kecil tua yang dikirim oleh salah seorang saudara Pak Benny. Ia cepat-cepat masuk ke mobil dan membuka paket itu. Dan di sanalah...ia melihat kotak kecil bersepuh emas yang dulu sering dilihatnya, dibarengi dengan sebuah amplop. Lalu dibukalah amplop itu dan dikeluarkannya sepucuk surat dengan tangan gemetar.... Isinya,

‘Setelah kematianku, harap sampaikan kotak ini dan isinya kepada Jimmy Handoyo. Ini adalah sesuatu yang paling berharga dalam hidupku’. Ada sebuah kunci kecil yang direkatkan pada surat itu. Jantung Jimmy berdebar makin keras, dan airmata mulai mengambang di pelupuk matanya, ketika Jimmy perlahan membuka kunci kotak itu....

Di dalam sana...ia menemukan sebuah jam meja kecil bersepuh emas yang sangat indah. Tangan Jimmy perlahan menyusuri permukaan jam itu, lalu membaliknya. Di bagian belakang jam itu, ia menemukan kata-kata ini terukir indah:

Jimmy, Terima kasih atas waktumu!
Benny Soepomo

Masih terpana dengan apa yang baru dibacanya, ia bergumam, “Jadi...hal yang paling berharga baginya itu...adalah WAKTUKU...”

Jimmy masih memandangi jam itu beberapa menit kemudian, lalu bergegas mengambil handphone-nya untuk menelpon ke sekretarisnya. Ia menyuruh si sekretaris untuk membatalkan semua janji untuk dua hari ke depan. Ketika si sekretaris bertanya, “Mengapa?”, ia menjawab, “Aku ingin menghabiskan waktu bersama keluargaku.”
Read More..